1. ANALISIS RASIO
- LIKUIDITAS
| | 2005 | 2006 | 2007 | 2008 | 2009 |
| Rasio lancar [ current ratio ] | 1,71 | 1.68 | 1,78 | 1,44 | 1.88 |
| Rasio cepat [ acid test ratio ] | 0,37 | 0.25 | 0,26 | 0,16 | 0.18 |
| Periode penagihan [ collection period] | 5 hari | 4.59 hari | 8,44 hari | 3,34 hari | 2.90 hari |
| Jumlah hari untuk menjual persediaan [ days to sell inventory ] | 115 hari | 116.86 hari | 140 hari | 121 hari | 111.60 hari |
1. Rasio lancar
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancer. Jadi current rasio merupakan alat ukur bagi kemampuan likuiditas (solvabilitas jangka pendek) yaitu kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.. Apabila rasio 1 : 1 atau 100% ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Makin tinggi Current ratio makin baik bagi perusahaan.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa :
- 2005 : Untuk setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 1.71
- 2006 : Untuk setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 1.68
- 2007 : Untuk setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 1.78
- 2008 : Untuk setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 1,44
- 2009 : Untuk setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 1.88
Jadi, kesimpulannya adalah rasio lancar yang baik diantara kelima tahun tersebut adalah tahun 2009 karena memiliki kemampuan membayar hutang lancar yang lebih baik dibandingkan dengan tahun lainnya. Dari informasi tersebut dapat disimpulkan kemampuan PT. HM Sampoerna dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar sudah cukup baik karena lebih dari 1. Dari laporan keuangan diketahui bahwa peningkatan asset lancar disebabkan adanya kenaikan persediaan dan piutang usaha yang cukup tinggi. Sedangkan dari tahun 2007 ke tahun 2008 rasio lancar mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan penurunan nilai asset lancar, sedangkan kewajiban lancar tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Kenaikan ini disebabkan oleh adanya hutang deviden pada tahun 2009, serta kenaikan beban yang masih harus dibayar dan kewajiban estimasian. Tingkat persentase current asset yang tinggi mengindikasikan bahwa PT HM Sampoerna Memiliki kemampuan yang amat baik untuk membayar current liabilities dalam jangka waktu 1tahun kedepan,
2. Acid Test Rasio.
Acid-Test Ratio adalah Kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (quick assets). Acid-Test Ratio merupakan ukuran yang sama dengan current ratio, tanpa memperhitungkan persediaan (persediaan adalah harta lancar yang paling tidak likuid karena tidak mudah dijual, dan kalaupun dijual biasanya dengan kredit/tidak tunai) atau merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid.
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar ratio ini semakin baik.Dengan ratio ini persediaan dianggap membutuhkan waktu yang relatif lama untuk direalisasikan menjadi uang.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa :
- 2005 : Untuk setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh aktiva yang lebih likuid sebesar Rp 0.37
- 2006 : Untuk setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh aktiva yang lebih likuid sebesar Rp 0.25
- 2007 : Untuk setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh aktiva yang lebih likuid sebesar Rp 0.26
- 2008 : Untuk setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh aktiva yang lebih likuid sebesar Rp 0,16
- 2009 : Untuk setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh aktiva yang lebih likuid sebesar Rp 0.18
Jadi, kesimpulannya adalah rasio cepat yang baik diantara kelima tahun tersebut adalah tahun 2005 karena memiliki kemampuan membayar hutang lancar yang lebih baik dibandingkan dengan tahun lainnya. Dari informasi tersebut dapat disimpulkan kemampuan PT. HM Sampoerna dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar tidak terlalu baik karena nilainya dibawah 1.
3. Periode Piutang.
Receivables ini adalah rasio yang membandingkan antara penjualan kredit bersih dan piutang dagang rata-rata atau piutang akhir periode. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan yang tertanam dalam piutang berputar dalam periode tertentu. Semakin tinggi ratio days of receivable menunjukan kelemahan bagian penagihan piutang.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa :
- 2005 : waktu penagihannya adalah 5 hari
- 2006 : waktu penagihannya adalah 4,59 hari atau 5 hari
- 2007 : waktu penagihannya adalah 8 hari
- 2008 : waktu penagihannya adalah 3 hari
- 2009 : waktu penagihannya adalah 3 hari
Jadi, kesimpulannya adalah tahun yang paling cepat dalam periode penagihan piutang adalah tahun 2008 & 2009 karena lebih cepat dibandingkan dengan tahun lainnya
4. Jumlah hari untuk menjual persediaan
Adalah jumlah hari yang diperlukan antara produksi dan penjualan persediaan. Angka-angka ini mengimplikasikan siklus operasi kas menjadi kas dibandingkan dengan perode penagihan piutangnya. Sama halnya dengan periode piutang semakin tinggi ratio ini menunjukkan kelemahan pada bagian penjualannya.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa :
- 2005 : waktu yang digunakan sampai persediaan tersebut dijual adalah 115 hari
- 2006 : waktu yang digunakan sampai persediaan tersebut dijual adalah 117 hari
- 2007 : waktu yang digunakan sampai persediaan tersebut dijual adalah 140 hari
- 2008 : waktu yang digunakan sampai persediaan tersebut dijual adalah 121 hari
- 2009 : waktu yang digunakan sampai persediaan tersebut dijual adalah 112 hari
Jadi, kesimpulannya adalah tahun di mana penjualan persediaan yang paling cepat adalah pada tahun 2009 karena perputaran persediaannya lebih rendah dbandingkan dengan tahun sebelumnya
- STRUKTUR MODAL DAN SOLVABILITAS
| | 2005 | 2006 | 2007 | 2008 | 2009 |
| 1. Total utang terhadap ekuitas [ total debt to equity ] | 1,55 | 1.21 | 0,94 | 1,00 | 0.69 |
| 2. utang jangka panjang terhadap ekuitas [ long term debt to equity ] | 0,44 | 0.22 | 0,17 | 0,05 | 0.05 |
| 3. kelipatan bunga dihasilkan [ times interest earned ] | 45,64 | 256.43 | 406,05 | 285,19 | 201.10 |
1. Total utang terhadap ekuitas [ total debt to equity ]
Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimliki perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek dan jangka penjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) atau Merupakan Perbandingan antara hutang – hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya .
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa :
o 2005 : Untuk tiap-tiap Rp 1 pendanaan ekuitas, terdapat Rp 1,55 pendanaan dari kreditor
o 2006 : Untuk tiap-tiap Rp 1 pendanaan ekuitas, terdapat Rp 1.21 pendanaan dari kreditor
o 2007 : Untuk tiap-tiap Rp 1 pendanaan ekuitas, terdapat Rp 0.94 pendanaan dari kreditor
o 2008 : Untuk tiap-tiap Rp 1 pendanaan ekuitas, terdapat Rp 1,00pendanaan dari kreditor
o 2009 : Untuk tiap-tiap Rp 1 pendanaan ekuitas, terdapat Rp 0.69 pendanaan dari kreditor
Jadi, kesimpulannya adalah pendanaan ekuitas dengan tambahan pendanaan kreditor yang lebih kecil dibandingkan dengan modal sendiri adalah pada tahun 2009. Rasio total utang terhadap ekuitas mengalami penurunan dari tahun ketahun, itu berarti semakin kecil beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) .
2. Utang jangka panjang terhadap ekuitas [ long term debt to equity ]
Merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri, tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan sebagai jaiminan utang jangka panjang dengan cara membandignkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Rasio yang melebihi 1 : 1 menunjukkan pendanaan utang jangka panjang yang lebih besar dibandingkan modal ekuitas
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa :
o 2005 : untuk tiap-tiap Rp 1 pendanaan ekuitas, terdapat Rp 0.44 pendanaan jangka panjang dari kreditor
o 2006 : untuk tiap-tiap Rp 1 pendanaan ekuitas, terdapat Rp 0.22 pendanaan jangka panjang dari kreditor
o 2007 : untuk tiap-tiap Rp 1 pendanaan ekuitas, terdapat Rp 0.17 pendanaan jangka panjang dari kreditor
o 2008 : untuk tiap-tiap Rp 1 pendanaan ekuitas, terdapat Rp 0,05 pendanaan jangka panjang dari kreditor
o 2009 : untuk tiap-tiap Rp 1 pendanaan ekuitas, terdapat Rp 0.05 pendanaan jangka panjang dari kreditor
Jadi, kesimpulannya dalam hal ini kinerja perusahaan pada dari tahun ke tahun baik karena jumlah hutang terhadap ekuitas tidak terlalu besar dan semakin menurun,
3. kelipatan bunga dihasilkan [ times interest earned ]
adalah ratio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini juga diartikan sebagai alat ukur untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi kemungkinan perusahaan dapat bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk memperoleh tambahan pinjaman dari kreditor. Demikian pula sebaliknya apabila rasionya rendah semakin rendah pula kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan biaya lainnya.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa :
o 2005 : menunjukkan bahwa laba perusahaan sebesar 45,64 kali komitmen tetapnya [bunga]
o 2006: menunjukkan bahwa laba perusahaan sebesar 256 kali komitmen tetapnya [bunga]
o 2007: menunjukkan bahwa laba perusahaan sebesar 406 kali komitmen tetapnya [bunga]
o 2008 : menunjukkan bahwa laba perusahaan sebesar 285 kali komitmen tetapnya [bunga]
o 2009 : menunjukkan bahwa laba perusahaan sebesar 201 kali komitmen tetapnya [bunga]
Jadi, kesimpulannya adalah perusahaan dapat bunga pinjaman serta memperoleh tambahan pinjaman dari kreditor yang lebih baik adalah pada tahun 2007. Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan pada setiap tahun semakin meningkat dari tahun 2005 sampai 2007, namun pada tahun 2008 hingga 2009 mengalami penurunan ini berarti kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan biaya lainnya semakin rendah.
- TINGKAT PENGEMBALIAN ATAS INVESTASI :
| | 2005 | 2006 | 2007 | 2008 | 2009 |
| 1. tingkat pengembalian atas aktiva [ return on assets-ROA ] | 20,63% | 29% | 26% | 25% | 30% |
| 2. Tingkat pengembalian atas ekuitas biasa [ return on common equity] | 51% | 69% | 52% | 48,35% | 55% |
1. Tingkat pengembalian atas aktiva [ return on assets-ROA ]
Dengan rasio ini akan nampak seberapa besar tingkat produktifitas seluruh aset. Perbedaan hasil perhitungan antara ROI dengan ROA akan diketahui sampai seberapa jauh tingkat aset penunjang atau tidak produktif dan hasil sampingan perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa :
o 2005 : menunjukkan bawa Rp1 investasi aktiva menghasilkan 0.2063 laba tahunan sebelum pengurangan bunga setelah pajak
o 2006 : menunjukkan bawa Rp1 investasi aktiva menghasilkan 0.0029 laba tahunan sebelum pengurangan bunga setelah pajak
o 2007 : menunjukkan bawa Rp1 investasi aktiva menghasilkan 0.2063 laba tahunan sebelum pengurangan bunga setelah pajak
o 2008 : menunjukkan bawa Rp1 investasi aktiva menghasilkan 0,25 laba tahunan sebelum pengurangan bunga setelah pajak
o 2009 : menunjukkan bawa Rp1 investasi aktiva menghasilkan 0.003 laba tahunan sebelum pengurangan bungan setelah pajak
Jadi, kesimpulannya adalah tingkat produktivitas aset yang baik adalah pada tahun 2008 karena rasionya lbh tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya
2. Tingkat pengembalian atas ekuitas biasa [ return on common equity]
Return on Equity (ROE) merupakan perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan sejauh mana perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan.Return on Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh, semakin baik pemilik perusahaan.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa :
o 2005 : ROE perusahaan sebesar 51% menunjukkan bahwa perusahaan tersebut 0,51 per tahun Rp 1 yang dikontribusikan oleh pemegang ekuitas
o 2006 : ROE perusahaan sebesar 69% menunjukkan bahwa perusahaan tersebut 0,69 per tahun Rp 1 yang dikontribusikan oleh pemegang ekuitas
o 2007 : ROE perusahaan sebesar 52% menunjukkan bahwa perusahaan tersebut 0,52 per tahun Rp 1 yang dikontribusikan oleh pemegang ekuitas
o 2008 : ROE perusahaan sebesar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut 0,48 per tahun Rp 1 yang dikontribusikan oleh pemegang ekuitas
o 2009 : ROE perusahaan sebesar 55% menunjukkan bahwa perusahaan tersebut 0,55 per tahun Rp 1 yang dikontribusikan oleh pemegang ekuitas
Jadi, kesimpulannya adalah perusahaan mendapatkan return yang lebih baik pada tahun 2006 karena rasionya yang tinggi
- KINERJA OPERASI
| | 2005 | 2006 | 2007 | 2008 | 2009 |
| 1. Margin laba kotor [ gross profit margin ] | 29,28% | 29% | 30% | 29% | 29% |
| 2. margin laba operasi [ operating profit margin ] 3. Margin laba sebelum pajak [ pretax profit margin ] | 15,98% 15,10% | 18% 18% | 19% 18% | 17,95% 17% | 19% 19% |
| 4. Margin laba bersih [ net profit margin ] | 9,66% | 12% | 12% | 11,23% | 13% |
1. Margin laba kotor [ gross profit margin ]
merupakan persentase dari laba kotor dibandingkan penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik operasi perusahaan. Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasi kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa :
o 2005 : menunjukkan laba kotor sebesar 29.28% dari penjualan
o 2006 : menunjukkan laba kotor sebesar 29 % dari penjualan
o 2007 : menunjukkan laba kotor sebesar 30% dari penjualan
o 2008 : menunjukkan laba kotor sebesar 29% dari penjualan
o 2009 : menunjukkan laba kotor sebesar 29 % dari penjualan
Jadi kesimpulannya adalah persentase laba kotor yang baik jika dibandingkan dengan penjualan adalah pada tahun 2007 karena nilai rasionya lebih besar dibandingkan dengan tahun lainnya. Rasio margin laba kotor. PT. HM Sampoerna mempunyai jumlah yang sama dari tahun 2005 ke tahun 2009 hanya sedikit peningkatan sebesar 1% di tahun 2007 Hal ini menunjukkan bahwa PT Indofood memiliki laba kotor yang cukup baik
2. Margin laba operasi [ operating profit margin ]
Operating ratio mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa :
o 2005 : laba operasi sebesar 15.98% terhadap penjualan
o 2006 :laba operasi sebesar 18% terhadap penjualan
o 2007 : laba operasi sebesar 19% terhadap penjualan
o 2008 : laba operaso sebesar 17,95% terhadap penjualan
o 2009: laba operaso sebesar 19% terhadap penjualan
Kesimpulannya adalah penjualan yang menyerap biaya yang rendah dan laba yang besar adalah pada tahun 2005 karena nilai rasionya yang lebih kecil. Secara umum Margin laba operasi PT HM Sampoerna kurang baik karena dari tahun ke tahun mengalami peningkatan ini berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil. Tetapi rasio yang tinggi mungkin tidak hanya disebabkan oleh faktor intern yang dapat dikendalikan oleh manajemen, tetapi juga faktor ekstern.
3. Margin Laba Sebelum Pajak
Rasio margin laba sebelum pajak. PT. HM Sampoerna mengalami jumlah yang fluktuatif di setiap tahunnya, tetapi kinerja nya masih tergolong baik.
4. Margin laba bersih [ net profit margin ]
Rasio ini mengukur hasil akhir dari kegiatan operasi perusahaan. Selisih laba bersih dengan rasio laba usaha dapat mencerminkan berapa beban yang ditanggung perusahaan untuk biaya-biaya non operasional.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa :
o 2005 : margin laba bersih sebesar 9,66% terhadap penjualan
o 2006 : margin laba bersih sebesar 12% terhadap penjualan
o 2007 : margin laba bersih sebesar 12% terhadap penjualan
o 2008 : margin laba bersih sebesar 11,23% terhadap penjualan
o 2009 : margin laba bersih sebesar 13% terhadap penjualan
Kesimpulannya adalah Rasio margin laba bersih. PT. HM Sampoerna terus mengalami peningkatan jumlah margin laba bersih di setiap tahunnya, kecuali untuk tahun 2008 mengalami penurunan (relatif kecil). Hal ini menunjukkan bahwa PT HM Sampoerna sudah menunjukkan kinerja yang baik dalam menghasilkan laba bersih perusahaan.
- Pemanfaatan aktiva
| | 2005 | 2006 | 2007 | 2008 | 2009 |
| 1. perputaran kas [ cash turnover] | 13,4 | 25,06 | 51,32 | 65,65 | 75,89 |
| 2. perputaran piutang usaha [ account receivable turnover ] | 70,37 | 78,39 | 42,68 | 107,82 | 123,93 |
| 3. penjualan terhadap persediaan [ sales ton inventory ] | 4,43 | 4,32 | 3,64 | 4,18 | 4,53 |
| 4. Perputaran modal kerja [ working capital turnover ] | 5,75 | 7,74 | 6,88 | 8,42 | 8,35 |
| 5. perputaran aktiva tetap [ fixed asset turnover] | 8,13 | 12,34 | 7,59 | 7,14 | 9,02 |
| 6. Perputaran total aktiva | 2,09 | 2,40 | 2,10 | 2,18 | 2,30 |
1. Perputaran kas [ cash turnover]
untuk mengukur seberapa cepat kas berputar
dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perputaran kas yang baik terdapat pada tahun 2005 karena waktu berputarnya kecil
2. Perputaran piutang usaha [ account receivable turnover ]
untuk mengukur seberapa cepat penagihan piutang
dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perputaran kas yang baik terdapat pada tahun 2007 karena waktu berputarnya kecil
3. Penjualan terhadap persediaan [ sales ton inventory ]
untuk mengukur seberapa cepat waktu yang diperlukan dalam penjualan persediaan
dari tabel di atas penjualan terhadap persediaan terdapat pada tahun 2007 karena waktu berputarnya kecil
4. Perputaran modal kerja [ working capital turnover ]
Adalah untuk mengukur waktu yang diperlukanuntuk pengembalian modal kerja
Dari tabel di atas perputaran modal kerja yang baik terdapat pada tahun 2005 karena waktunya kecil
5. Perputaran aktiva tetap [ fixed asset turnover]
adalah untuk mengukur perputaran aktiva tetap
dari tabel di atas perputaran aktiva tetap yang baik terdapat pada tahun 2008.
6. Perputaran total aktiva
Dari tabel di atas perputaran total aktiva terdapat pada tahun 2005.
- Ukuran Pasar
| | 2005 | 2006 | 2007 | 2008 | 2009 |
| 1. Rasio harga terhadap laba | 0,18 | 0,12 | 0,12 | 0,11 | 0,86 |
| | | | | | |
| 2. Imbal hasil laba | 544% | 805% | 827% | 889% | 1,16% |
| | | | | | |
| 3. Imbal hasil dividen | 340% | 100% | 150% | 390% | 600% |
| | | | | | |
| 4. Tingkat pembayaran dividen | 62,5% | 12,42% | 18,13% | 43,87% | 51,68% |
| | | | | | |
| 5. Harga terhadap nilai buku | 0,18 | 181,82 | 125 | 125 | 111,11 |
- Rasio harga terhadap laba dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 ke 2007 dan 2009 mengalami peningkatan karena mengalami peningkatan harga pasar saham yang signifikan pula di tahun 2009.
- Rasio laba terhadap harga pasar dari tahun ke tahun semakin meningkat
- Hasil dividen pada tahun 2005,2006,dan 2007 mengalami penurunan namun keadaan semakin membaik ditahun – tahun berikutnya dengan peningkatan yang signifikan
- Tingkat pembayaran dividen dari tahun 2005 hingga 2006 mengalami penurunan yang tajam, namun keadaan berangsur membaik dengan naiknya secara perlahan dari tahun 2007 hingga 2009 pada awalnya kinerja PT HM Sampoerna dalam pembayaran dividen kurang baik, namun kinerjanya berangsur membaik sampai tahun 2009
- Harga terhadap nilai buku mengalami kenaikan setiap tahunnya. Maka kinerja perusahaan dalam mengevaluasi harga pasar saham cukup baik.
ANALISIS KOMPARATIF
- Neraca
1. Adanya penurunan kas dan setara kas pada setiap tahunnya mulai dr tahun 2005-2008 dan mengalami peningkatan pada tahun 2009
2. Adanya kenaikan piutang pihak ketiga yang tidak konsisten tiap tahunnya, ini diakibatkan karena penjualan secara kredit berbeda tiap tahunnya, dan kenaikan piutang hubungan istimewa jg mengalami peningkatan tiap tahunnya
3. Begitu pula dengan piutang lainnya pada pihak ketiga dan hubungan istimewa yang mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak konsisten, jd ini berhubungan dengan kebijakan yang berbeda dari perusahaan untuk tiap tahunnya menyangkut piutang
4. Adanya kenaikan dan penurunan persediaan yang tidak konsisten jg pada persediaan, ini tergantung pada tingkat penjualan yang diharapkan oleh perusahaan
5. Adanya kenaikan dan penurunan beban pajak yg dibayar dimuka tergantung kesepakatan perusahaan di dalam membayar pajak dimuka
6. Uang muka tidak dilakukan tiap tahunnya hanya berlaku pada tahun 2008 dan 2009 karena perusahaan mungkin pada tahun sebelumnya tidak membayar uang muka lagi tapi langsung cash, dan ini juga dapat berhubungan dengan jumlah cash da setara kas yang cukup kecil pada kedua tahun tersebut
7. Tanah untuk pengembangan dianggarkan sesuai dengan persentasi penjualan dan perkembangan perusahaan pada tahun tersebut, terkadang naik dan mengalami penurunan pada tahun tertentu
8. Adanya peningkatan goodwil tiap tahunnya, ini berarti perusahaan peduli terhadap beberapa hal yang menyangkut image perusahaan
9. Adanya kenaikan terhadap utang jangka pendek yang berguna sebagai bagian dari pembiayaan produksi dan tambahan modal
10. Hutang usaha pihak ketiga mengalami penurunan tiap tahunnya, dan terdapat peningkatan pada hutang hubungan istimewa pada beberapa tahun
11. Adanya hutang pajak yang semakin kecil, ini dapat menunjukkan adanya suatu analisa yang khusus untuk melakukan pengujian terhadap penurunan hutang pajak, apakah adanya manipulasi laporan keuangan atau karena tingakt produktivitas perusahaanya semakin menurun
12. Adanya hutang dividen pada tahun 2008-2009, ini berarti perusahaan masih blom membayar dividen pada pemegang saham. Dan ini dapat menggambarkan keburukan kondisi perusahaan atau ingin mengkalkulasikan dividen utnuk dibayarkan pada tahun yang akan datang
13. Adanya beberapa pinjaman perusahaan yang jatuh tempo yang tidak konsisten tiap tahunnya, terkadang ada dan tidak
14. Dalam beberapa tahun adanya nilai kewajiban keseluruhan yang lebih besar dibandingkan dengan ekuitasnya, jadi dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa dalam operasinya sebagian pendanaannya dapat dari pinjaman/hutang
- LABA RUGI
1. Adanya peningkatan penjualan tiap tahunnya
2. Adanya peningkatan HPP tiap tahunnya
3. Sehingga laba kotornya juga mengalami peningkatan
4. Walaupun demikian ada beberapa beban usaha yang mengalami peningkatan yaitu beban penjualan mungkin pada tahun tersebut terjadi inflasi
5. Beban administrasi mengalami penurunan tiap tahunnya
6. Walaupun demikian laba operasi tiap tahunnya meningkat karena adanya peningkatan penjualan yang dapat memenuhi beban atau pembayaran kas
7. Laba sebelum pajak penghasilan mengalami peningkatan tiap tahunnya
8. Laba bersih setelah pajak juga ikut naik karena beban pajak nya menurun tiap tahunnya
9. Laba bersih per saham meningkat tiap tahunnya
- ARUS KAS
o Arus kas terdiri dari penerimaan dari pelanggan dan beberapa pembayaran lainnya
o Pada tahun 2008 jumlah arus kas pada aktivitas operasi mengalami penurunan akibat pengeluaran kas yang meningkat pada tahun tersebut walaupun penerimaan dalam tahun tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya
o Arus kas yang diterima dari aktivitas investasi juga mengalami penurunan sejak tahun 2007, karena aktivitas jumlah penerimaan kas atas investasi lebih kecil diabdingkan dengan pembayaran atas investasi
o Arus kas dari aktivitas pendanaan tetap minus tiap tahunnya karena penerimaan hanya berasal dari penerimaan hutang sedangkan pembayaran bebannya yang sangat banyak
o Penurunan kas dan setara kas tidak konsisten tiap tahunnya tergantung pada penerimaan dan pembayaran kas pada tahun tersebut
3. ANALISIS COMMON SIZE
- Neraca
10. Pada aktiva lancar pos persediaan merupakan persentasi tertinggi diantara yang lainnya, persentasi persediaan meningkat tidak konsisten tiap tahunnya tergantung tingkat penjualan yang diharapkan oleh perusahaan
11. Biaya dibayar dimuka semakin kecil tiap tahunnya, tergantung kesepakatan atau kebijakan perusahaan
12. Jumlah aktiva lancar mengalami penurunan yang tidak konsisten pada tiap tahunnya
13. Jumlah aktiva lancar lebih besar dibandingkan dengan tidak lancar
14. Jumlah aktiva tidak lancar mengalami penurunan tiap tahunnya
15. Jumlah kewajiban jangka pendek lebih besar dibandingkan dengan jangka panjang, ini berarti perusahaan lebih memilih kewajiban jangka pendek dibanding jangka panjang dalam aktivitas pendanaannya
16. Jumlah ekuitas mengalami peningkatan tiap tahunnya, tapi terkadang pada tahun tertentu kewajibannya lebih besar dari ekuitas perusahaannya
- Laba rugi
1. laba kotor mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak konsisten tiap tahunnya, tergantung pada penjualan setelah dikurangi dengan HPPnya
2. adanya laba operasi yang meningkat tiap tahunnya, walaupun beban penjualan mengalami kenaikan dan beban administrasi mengalami penurunan secara tidak konsisten
3. beban pajak yang mengalami peningkatan, mungkin karena adanya peningkatan aktivitas perusahaan
4. laba bersih mengalami peningkatan
Kesimpulan :
Dari perhitungan yang sudah kami lakukan didapat kesimpulan bahwa PT. H.M Sampoerna Tbk setiap tahunnya mengalami kenaikan laba bersih. Selain itu penjualan dari PT. Sampoerna ini juga meningkat dari tahun ke tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar